Memaknai Kembali Niti Sastra


Judul buku: Niti Sastra, Kebijaksanaan Klasik bagi Manusia Indonesia Baru
Penulis: Anand Krishna
Kata pengantar: Sri Sultan Hamengku Buwono X
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2008
Tebal: 316 halaman

Membaca kata pengantarnya saja sudah membuat terkesima. Kenapa? Karena ditulis oleh Sang Pewarih budaya Jawa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan HB X. Ngarso Dalem mengatakan bahwa falsafah Kejawen itu beraroma khas sehingga menarik minat banyak orang. Kita tak akan pernah tuntas membicarakannya, tapi aspek-aspek filosofis tersebut sungguh bisa dirasakan manfaatnya (migunani) dalam keseharian ziarah hidup. Selain itu, laku Kejawen tak pernah membosankan karena menyimpan begitu banyak simbol dan makna yang memancing keingintahuan kita. Percikan-percikan falsafah hidup Jawa acapkali menyelinap halus via karya susastra klasik (hal x vi).
Niti Sastra merupakan satu di antara seabreg harta-karun yang terpendam di bumi Jawadwipa. Ironisnya, putra-putri Mataram justru melupakan warisan khazanah leluhur tersebut dan lebih suka mengimpor budaya luar. Entah itu dari Arab, Tiongkok, Barat, India, dst. "Niti" berarti "pedoman perilaku", sedangkan "Sastra" sinonim dengan alat yang ampuh guna mengarungi samudera kehidupan yang penuh tantangan. Kakawin ini ditulis pada masa Majapahit lima abad lampau.

Anand Krishna menggunakan aneka rujukan guna mengapresiasi Niti Sastra. Antara lain Bibliotheca Javanica 54 (R Ng Dr Poerbatjaraka, 1933), versi terjemahan bahasa Jawa oleh R.M. B Djajahendra (Balai Pustaka, 1960), versi terjemahan bahasa Indonesia oleh Padmodihardjo dan Resowidjojo (Depdikbud, 1978) dan last but not least karya monumental Sir Stamford Raffles - The History of Java - yang menyajikannya dalam versi bahasa Inggris.

Keberhasilan

Leluhur kita begitu piawai mengolah rasa, pikiran, bahkan mengurus masalah profan seperti tata negara. Misalnya soal ukuran keberhasilan seorang pemimpin (hal 76) dikatakan, "Anak manusia tergantung pada induknya; ikan tergantung pada kedalaman airnya; burung di langit tergantung pada sayapnya; seorang pemimpin tergantung pada kepuasan mereka yang dipimpinnya."

Kontekstualisasinya kini berarti kepuasan rakyatlah yang menjadi parameter keberhasilan seorang pemimpin. Baik itu dari tingkat RT sampai level Pusat sekalipun. Bila anak-anak bangsa justru tercekik akibat kebijakan kenaikan harga BBM maka seyogianya pemerintah perlu memberi perhatian lebih pada penelitian dan pengembangan sumber energi alternatif seperti bahan bakar air (BBA).

Secara lebih mendalam, buku ini juga mengulas perihal kesehatan mental yang berbasis budaya lokal. "Berhati-hatilah selalu terhadap enam musuh: keinginan yang berlebihan; amarah; keserakahan; keterikatan; rasa iri dan keangkuhan. Janganlah sekali-kali meremehkan kekuatan mereka. Berhati-hatilah supaya pikiranmu tetap jernih, akal tetap sehat (hal 26)" Senada dengan wejangan Raden Ngabehi Ronggowarsito "...sing eling lan waspodo..." Berada di bawah ataupun di atas "Sang Aku" tetap seimbang.

Lantas apa nada-nada-nya (tanda-tanda) seseorang itu sehat lahir - batin? Mantan pengusaha garmen yang banting setir menjadi aktivis spiritual pascasembuh secara ajaib dari leukemia ini menegaskan, "Seorang bijak bukanlah ia yang menjelek - jelekkan orang lain hanya untuk memperoleh perhatian (hal 227)." Baik Wilder yang mem-"fitna" spirit kedamaian Islam ataupun anasir preman berjubah yang mengatasnamakan agama tertentu, tapi justru menggunakan cara-cara himsa (kekerasan).

Seperti 110 buku lebih lainnya, Anand Krishna memiliki gaya penulisan yang khas. Yakni mampu menyampaikan ajaran luhur secara gaul dan fungky. Bahasanya ceplas-ceplos tanpa menafikan kedalaman makna dan dibumbui pula dengan humor segar.

Sepakat Bung! Man purposes God disposes. Manusia memang hanya alat-Nya alias Niti Sastra di tangan Gusti Tan Kinaya Apa. Buku ini sejatinya merupakan sarana permenungan kita bersama guna mencecap Kasih Universal Maha Maya (Bunda Alam Semesta). Sehingga niscaya kita tak akan mempersoalkan perbedaan kolam agama di KTP lagi. Rahayu! [Tarsisius Nugroho Angkasa SPd, Alumnus Pendidikan Bahasa Inggris U

sumber:www.suarapembaharuan.com

2 Responses to "Memaknai Kembali Niti Sastra"

  1. wah kok aku gak nemu buku ini di toko buku sini ya (jkt)

    ReplyDelete
  2. om... bukunya masenchipz yg dipinjem balikin donk.... hiks...hiks...

    ReplyDelete

Ketentuan berkomentar :

- Dilarang menautkan link aktif maupun mempastekan link mati, karena komentar yang disertai promosi URL tidak akan pernah tampilkan

- Dilarang berkomentar yang Di Luar Topik (OOT), promosi, dan komentar-komentar yang anda tidak suka jika hal itu terjadi di blog anda sendiri, karena komentar seperti itu tidak akan pernah ditampilkan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel