Mengembalikan Roh Indonesia

Judul buku: Kesadaran Nasionalisme dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan Ihttp://lkis.co.id/site/images/stories/cover/2.png
Penulis: Prof. Dr. Selamer Muljana
Penerbit: LKiS, Yogyakartahttp://lkis.co.id/site/images/stories/cover/11.png
Cetakan: Mei 2008
Tebal: 360 halaman

Judul buku: Kesadaran Nasionalisme dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan II
Penulis: Prof. Dr. Selamer Muljana
Penerbit: LKiS, Yogyakarta
Cetakan: Mei 2008
Tebal: 290 halaman

Ibarat nyawa bagi kehidupan seorang manusia, nasionalisme merupakan jantung bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Nasionalisme merupakan tiang penegak yang urgen dalam eksistensi suatu negara. Sehingga tak mengerankan jika urusan nasionalisme pun selalu menjadi topik yang sangat menarik dan aktual untuk kembali diperbincangkan oleh berbagai elemen kalangan masyarakat tanpa terkecuali.

Ketika berbicara mengenai nasionalisme, pasti selalu dikaitkan denga masa kolonialisme dan imprealisme barat. Sebab nasionalisme selalu hadir dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Nasionalisme pada masa masa kolonialisme misalnya, arah tujuannya dapat dikatakan jelas dan satu arah. Yaitu sama-sama mempunyai cita-cita sama untuk melawan dan mengusir penjajahan kolonialisme dari bumi nusantara.

Pada masa kolonialieme-imprealisme belanda, Nasionalisme ini tumbuh sebagai roh yang paling utama untuk melawan dan menentang penjajah. Dan dengan sikap nasionalisme yang sangat melekat dalam tubuh setiap pemuda pada masa itu, sehingga meskipun dengan cara susah payah dan banyak menelan korban jiwa, kemerdekaan yang menjadi impian dan cita-cita bersama oleh para founding father dapat tercapai.

Dan dalam zaman kemerdekaan titik tekanan bergeser pada semangat untuk membangun menuju cita-cita nasional. Meski menemukan bentuk dan mengambil modus dalam masing-masing kurun waktu, semangat dasarnya tetap sama. Yang berbeda cuma pengungkapan dalam bahasa. Inti muatannya tetap satu dan sama.

Secara lebih sederhana, Nasionalisme merupakan suatu semangat yang tumbuh dan berkembang di dalam lubuk setiap insan dari suatu kelompok bangsa tertentu. Semangat nasionalisme ini merupakan roh pemersatu, yang mengikat dan menyatukan ssesuatu perbedaan. Dan dalam semangat itu terkandung cita-cita, harapan ideal yang mau dikejar, baik itu cita-cita yang disepakati dalam suatu konsensus bersama maupun yang lahir dari latar belakang sejarah yang sama.

Cita-cita itu berakar pada penemuan akan realitas hidup yang ada, pada situasi tidak menentu, bahkan pada situasi chaos melalui suatu refleksi bersama. Sehingga satu tujuan yang sama dapat dengan sempurna untuk diwujudkan.

Namun sayangnya, setelah lebih dari setengah abad Indonesia merdeka, dan satu abad kebangkitan nasional yang digembor-gemborkan hampir oleh seluruh element masyarakat Indonesia, di tengah meluruhnya pusat kekuasaan disatu sisi (atas nama demokrasi), serta gencar-gencarnya kekuasaan modal di sisi yang lain (atas nama globalisasi), bagaimana nasib diskursus nasionalisme yang ada di Negara Indonesia?

Semestinya, dibanding dengan seabad tahun yang silam, seharusnya kehidupan dan stabilitas Indonesia dalam berbangsa dan bernegara sekarang ini mestinya jauh lebih baik dan maju. Perjalanan panjang selama seratus tahun, yang mestinya membuat kebangsaan kita benar-benar kokoh dan matang, namun justru mengatakan sebaliknya.

Realiast dilapangan tentang apa yang kita lihat, dengar, rasakan, dan kita praktikkan sekarang ini justru jauh dari harapan yang diinginkan. Setelah melewati seabad kebangkitan nasional, justru Indonesia mengalami berbagai kemunduran yang signifikan. Semangat kebangsaan dan nasionalise yang pernah membesarkan serta membangun Indonesia kita seolah luntur seperti tinta.

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, setelah seratus tahun kebangkitan Nasional, kehidupan kita cenderung terfragmentasi dalam kotak-kotak primordialisme, jauh lebih berkualitas dibandingkan denga masa lalu. Kita seolah-olah lupa atau tak menghiraukan lagi terhadap spirit kebangkitan nasional yang sudah kita miliki.

Spirit nasionalisme, Spirit kebangsaan ini, yang mula pertama dihembuskan oleh pergerakan Budi Utomo sejak awal berdiri pada 20 Mei 1908, yang kemudian menginspirasi sekaligus menjadi roh perjuangan bagi kita dalam mencapai kemerdekaan musnah sudah. Padahal berbekal dengan spirit itu, kaum muda bisa mendeklarasikan Sumpah Pemuda 1928. Sebuah deklarasi yang sangat bermakna dalam perumusan sekaligus penyatuan visi kebangsaan nasional kita. Sebuah deklarasi yang kemudian menjadi fondasi dalam setiap tahapan perjuangan kemerdekaan kita.

Yang menjadi petanyaan setelah satu abad kebangkitan dan lebih setengah abad kemerdekaan Indonesia, Masihkah naionalisme tetap aktual dan cukup sakti dalam proses pembayangan bagi kita sebagai suatu negara-bangsa, Ataukah sudah pudar dan rapuh seiring dengan perjalanan sang waktu? Kita harus kembali berpikir, kembali merenung dan menghayati sejenak.

Masih dapat dikatakan nasionalkah kita yang selalu saja masih gencar melakukan tindakan korupsi? Nasionalkah kita yang dengan terang-terangan tega menggadaikan serta menjual negara? Bagaimana dengan para konglomerat yang kemudian lebih memilih menyimpan uangnya di Singapura atau Swiss dari pada di negaranya sendiri, apakah mereka bisa dicap tak memiliki nasionalisme?

Nasionalkah kita, jika kita semakin tidak toleran kepada saudara yang lain, bahkan tega menindas orang-orang miskin? Itu semua selalu menjadi pertanyaan bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali yang hingga sampai detik ini belum pernah mampu untuk terselesaikan dengan sempurna.

Kedua buku yang bejudul "Kesadaran Nasionalisme dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan" ini, merupakan satu kesatuan yang merupakan kelanjutan akan berusaha mengeksplor dan menjawab berbagai kegelisahan masyarakat Indonesia tentang naionalisme yang menggejala di Indonesia. Di dalamnya akan berusaha dijawab seputar nasionalisme mulai masa kolonial dan nasionalisme yang sesuai dengan konteks kekinian.

Mulai dari nasionalisme yang diprakarsai oleh pemuda-pemuda yang tergabung dalam gerakan Budi Utomo 1908 hingga nasionalisme para pemuda sekarang 2008. Buku ini berusaha lebih mendalam lagi mengkaji dan memahami akan bagaimana kiprah dan peranan penting Nasionalisme dalam perjalanan negara Indonesia. Yang mana nasionalisme merupakan roh yang paling urgen dalam jiwa Indonesia.

Kehadiran karya ini sudah selayaknya mendapat sambutan yang lebih dari masyarakat Indonesia, melihat sedikit demi sedikit tanpa nasionalisme pemuda Indonesia sudah mulai terkikis dan tergerus oleh perkembangan zaman.

Karya ini juga harus ditempatkan dalam pemumukan kedasaran nasional atau pengabdian kepada nusa bangsa; sikap yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan penguatan mentalitas anak bangsa di tengah persoalan yang menghimpit bangsa ini.

Sehingga dengan adanya dua karya ini, kita sebagai pemuda bangsa khususnya akan dengan mudah untuk menghayati dan mengembalikan roh ke-Indonesia-an yang dapat membesarkan dan mempertahankan bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi.

Sejak dahulu, semangat nasionalisme kebangsaan kita mampu menjadi inspirasi banyak bangsa lain dalam membebaskan diri dari belenggu penjajahan dan dari kungkungan keterbelakangan. Dengan karya ini akan mengembalikan roh Indonesia dan paling tidak menumbuhkan semangat kesadaran nasional yang merupakan bentuk keprihatinan kita mengenai kondisi nasionalisme kebangsaan kita sekarang.

Sumber : www.jurnalnet.com

4 Responses to "Mengembalikan Roh Indonesia"

  1. Buku yg asyik punya nih. Btw, ngomong2 masalah imperialisme saya koq tidak setuju kalau dibilang Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun. Lha wong baru lahir tahun 1945 koq bisa bilang sudah dijajah Belanda 350 tahun. Ngaco ah. :D

    ReplyDelete
  2. Indonesianya khan terbentuk atau terorganisai memang tahun tahun 1945 tapi Negara ini udah terbentu dari dulu bong!!
    Kalau pendapat khu lo...!!

    ReplyDelete
  3. aduh roh indonesia seh dah ngak bisa dikembalikan ! klo pun bisa mungkin butuh waktu yang lama

    ReplyDelete
  4. Itu mah tergantung ama warganya dong !! kalau gak bangkit untuk memperbaiki, ya..gak mungkinlah bisa baik.
    Jadi kesimpulanya ya "KESADARAN NASIONAL" lah untuk membangkitkan negara ini ya gak..?

    ReplyDelete

Ketentuan berkomentar :

- Dilarang menautkan link aktif maupun mempastekan link mati, karena komentar yang disertai promosi URL tidak akan pernah tampilkan

- Dilarang berkomentar yang Di Luar Topik (OOT), promosi, dan komentar-komentar yang anda tidak suka jika hal itu terjadi di blog anda sendiri, karena komentar seperti itu tidak akan pernah ditampilkan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel