Budak Pulau Surga
Friday, February 20, 2009
1 Comment
Judul : Budak Pulau Surga
Penulis : Soegiyanto Sastrodiwiryo
Tebal Buku : xii + 486 Halaman
ISBN : 979 1283 34 6
Harga : Rp 47.500,-
Sebuah novel berlatar sejarah tentang perbudakan di Bali, pulau surga, tempat dewata bersemayam. Di sini peperangan lebih ditujukan untuk memperebutkan penduduk. Mereka yang takluk diperlakukan sebagai komoditi. Laku dijual. Dijadikan hadiah. Pembayar utang. Tanda terima kasih. Belum pernah terjadi kemakmuran dan limpahan harta melebihi hasil perdagangan budak. Para budak yang kebanyakan sudra menerima status mereka sebagai sebuah nasib. Bagi kawula, nasib sudah ditentukan dari atas. Karmapala. Hasil perbuatan masa lalu. Orang-orang jahat cuma menerima akibat perbuatan mereka. Orang-orang yang berbuat baik demikian pula. Akan tetapi, sebagian dari mereka menolak nasib pasif terhadap perbudakan. Yang terjadi pada diri manusia sekarang bukan akibat perbuatan masa lalu. Nasib ditentukan dari diri. Menjadi budak bukan untuk diperbudak, melainkan untuk mengintai kesempatan bagi pembebasan. Berbuat! Lalu tunggu saat-saat tepat. Menciptakan karmapala sendiri. Budak cuma panggilan raga, penampakan diri belaka. Jiwa dan sikap tetap ksatria. Siapa yang menjadi budak ketakutannya maka ia akan menjadi budak seluruh dunia.
Penulis : Soegiyanto Sastrodiwiryo
Tebal Buku : xii + 486 Halaman
ISBN : 979 1283 34 6
Harga : Rp 47.500,-
Sebuah novel berlatar sejarah tentang perbudakan di Bali, pulau surga, tempat dewata bersemayam. Di sini peperangan lebih ditujukan untuk memperebutkan penduduk. Mereka yang takluk diperlakukan sebagai komoditi. Laku dijual. Dijadikan hadiah. Pembayar utang. Tanda terima kasih. Belum pernah terjadi kemakmuran dan limpahan harta melebihi hasil perdagangan budak. Para budak yang kebanyakan sudra menerima status mereka sebagai sebuah nasib. Bagi kawula, nasib sudah ditentukan dari atas. Karmapala. Hasil perbuatan masa lalu. Orang-orang jahat cuma menerima akibat perbuatan mereka. Orang-orang yang berbuat baik demikian pula. Akan tetapi, sebagian dari mereka menolak nasib pasif terhadap perbudakan. Yang terjadi pada diri manusia sekarang bukan akibat perbuatan masa lalu. Nasib ditentukan dari diri. Menjadi budak bukan untuk diperbudak, melainkan untuk mengintai kesempatan bagi pembebasan. Berbuat! Lalu tunggu saat-saat tepat. Menciptakan karmapala sendiri. Budak cuma panggilan raga, penampakan diri belaka. Jiwa dan sikap tetap ksatria. Siapa yang menjadi budak ketakutannya maka ia akan menjadi budak seluruh dunia.
Selamat untuk dr. Soegianto S. Ini buku yang bisa memperkaya literatur tentang Bali
ReplyDelete